Belasungkawa Sapardi Djoko Damono

- Advertisement -

Penyair terkenal Indonesia, Sapardi Djoko Damono telah meninggal dunia pagi tadi di Tangerang Selatan, Jakarta, Indonesia.

Goenawan Mohamad menulis dalam akaun twitternya, “Innalilahi wa inailahi roji’un: Penyair Sapardi Djoko Damono wafat pagi ini setelah beberapa bulan sakit. Maret 1940-Juli 2020.”

Sementara itu, Kumparan.com memetik penulis Maman Suherman yang menyatakan, “Saya mendapat kabar dari banyak sekali teman-teman dan senior penyair. Saya percaya mereka.”

Sapardi yang lahir di Surakarta, jawa Tengah pada 20 Mac 1940, merupakan antara figura yang sangat dihormati dalam dunia sastera Indonesia.

Beliau yang terkenal dengan beberapa antologi puisi seperti “Perahu Kertas” (1983), Hujan Bulan Juni” (1994) dan “Arloji” (2002) dan “Pada Suatu Hari Nanti” merupakan lulusan Sastera dan Budaya, universiti Gadjah Mada dan Pengajian Kemanusian University of Hawaii.

Sepanjang hidupnya beliau telah berkhidmat dalam beberapa universiti dan media di Indonesia.

Antologi Sihir Hujan oleh Sapardi turut memenangi Anugerah Puisi Putra II, (1983) yang dianjurkan oleh Gapena, Dewan Bahasa dan Pustaka dan Bank Bumiputra Malaysia Berhad.

Sapardi atau Pak Sapardi telah telah menghasilkan lebih dari 30 buku puisi, novel dan kumpulan cerpen; serta sembilan buku nonfiksyen termasuk esei dan sejumlah buku terjemahan.

Dalam kebanyakan wawancara apabila ditanya mengapa menjadi penulis beliau sering bergurau, “saya tidak bisa jadi jenderal karena kurus. Saya tidak bisa menjadi petani karena saya tidak kuat.”

Antara ungkapan menarik beliau ialah “Orang yang tidak pernah baca puisi tidak akan pernah bisa menulis puisi.”

Menurut sapardi inspirasinya datang dari mana-mana, termasuk dari kehidupan kampus yang diwarnai banyak perempuan kerana majoriti pelajar jurusan sastera Inggeri di Universiti Gajah Mada adalah perempuan.

Sapardi menerbitkan “Manuskrip Sajak” yang berisi koleksi foto manuskrip sajak karyanya dalam period 1958 hingga 1970-an.

Mungkin puisi “Pada Suatu Hari Nanti” ini sesuai memperingati pemergian beliau.

Pada Suatu Hari Nanti

“Pada Suatu Hari Nanti

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari”

― Sapardi Djoko Damono

-- Iklan --
-- Iklan --

Related Articles

Stay Connected

474,121FansLike
25,100FollowersFollow
230,282FollowersFollow
27,197FollowersFollow
15,189SubscribersSubscribe

Topik Hangat